Selasa, 31 Mei 2016

Tiada yang Mustahil

                Langit kelam mendung di langit menandakan turunnya hujan. Melihat itu kupercepat sepedaku agar tidak kehujanan di jalan. Aku pun sampai di Cafe Kucing yang terletak di Jalan Bandung, kulihat hp ku dan membaca pesan text dari temanku, seperti biasa ketika janjian jika yang satu sudah sampai maka secara refleks akan menanyakan posisi yang satunya lagi. Akhirnya aku pun mencari Mark di segala sudut ruangan, tetapi kucari – cari dia tidak ada. Barulah kuketahui bahwa cafe ini memiliki 2 lantai, lantas aku pun pergi ke lantai atas untuk mencari Mark dan ternyata dia berada di ujung ruangan.
                Aku pun berjalan ke mejanya dan melihat dia sedang membaca buku pelajaran. Aku pun bertanya kepadanya untuk apa membawa buku – buku tersebut, dan setelah mengatakannya aku pun sadar bahwa 3 hari lagi akan diadakan UN. Aku pun akhirnya ikut belajar bersamanya. Setelah 3 jam berada di cafe kami pulang ke rumah kami masing – masing. Aku tidak sadar betapa banyak waktu telah terbuang, waktu yang bisa dipakai untuk belajar, waktu yang bisa dipakai untuk mengulang pelajaran kembali, dan waktu yang tidak bisa kembali lagi. Akhirnya dengan berbekal penyesalan aku pun mulai membuat jadwal belajar yang efisien dan berguna bagiku sendiri.

                Tinggal satu hari lagi. Besok aku akan menjalani UN. Aku telah berusaha untuk belajar dan aku merasa bahwa tidak ada pelajaran yang dapat masuk ke dalam otakku. Aku sudah mencoba berbagai metode belajar, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk membuat pelajaran – pelajaran ini masuk ke kepalaku. Aku seharusnya tidak sama sekali melewatkan pemantapan UN jika tahu akhirnya akan begini. Orang tua ku juga merasakan ada aura kesukaran di dalam diriku dan mereka mendatangiku dan mengatakan untuk berserah kepada Tuhan Yesus, sesulit apapun keadaanya pasti akan ada jalan keluar. Akhirnya aku berdoa dan meminta bimbingan agar mampu belajar dengan baik. Setelah itu aku mulai belajar dan secara tidak kusadari bahwa dengan mencoba berbagai metode belajar dan membaca berulang – ulang secara putus asa dapat membuatku menghafalkan semua pelajaran dengan baik. Dengan Tuhan tidak ada yang mustahil

PENGALAMAN PRIBADI

           HARI NATAL   


                Pada bulan Desember Aku dan Kakakku pergi ke Palangkaraya untuk bertemu papa dan mamaku yang ada di sana. Hari minggu tepatnya tanggal 20 aku dan kakakku pergi ke Juanda yang terletak di Surabaya, aku merasa gembira karena setelah sekian lama tidak bertemu papa dan mama akhirnya kami bisa bertemu untuk merayakan natal bersama.
                Akhirnya setelah menunggu di juanda selama 3 jam, kami bisa masuk ke pesawat untuk pergi ke Palangka Raya. Perjalanan dari Surabaya ke Palangka Raya tidak memakan waktu yang lama, hanya memakan waktu 1 jam saja. Setelah sampai di bandara ternyata kedatangan kami telah ditunggu papa dan mama. Melihat mereka membuatku gembira dan papa mama juga gembeira melihat aku dan kakakku yang datang.
                Tanggal 23 mama menyuruhku untuk membantunya untuk mempersiapkan natal karena teman – teman mama dan papa akan datang dan makan – makan. Aku pun mulai membongkar pohon natal dan memasang pohon natal di ruang keluarga kami, memasang pohon natal sangat menyenangkan, setelah memasang pohon natal aku pun memasang lampu hias nya mengelilingi pohon natal, tidak lupa juga gantungan – gantungan bola emas, merah, putih, hijau yang kami punya. Setelah itu mama pun memasak makanan untuk hari natal, aku pun membantu menyiapkan piring, sendok, dan garpu dalam jumlah banyak, menyiapkan es batu untuk es sirup yang akan mama buat.
                Tanggal 25 pun datang, papa dan mama pun mulai menelepon dan mengingatkan teman – temannya agar datang ke rumah kami, tidak lupa juga untuk mengajak para tetangga agar datang ke rumah kami. Baru saja menelepon tiba – tiba teman – teman mulai berdatangan. Sangat menyenangkan melihat banyak orang yang datang dan banyak juga yang datang dengan membawa kue tart yang besar, Kue tart mereka pun dipakai untuk menjamu para tamu lainnya. Seharian penuh teman papa dan mama datang untuk memberikan selamat hari natal kepada kami sekeluarga. Akhirnya jam 8 malam para tamu pergi dan papa pun menutup pintu rumah kami dan akhirnya kami membersihkan rumah sampai jam 11 malam dan akhirnya jam 12 kami pun tidur. Sungguh hari yang menyenangkan.
                

Sabtu, 02 April 2016

kesedihan membawa Kebahagiaan

                Nadia nama gadis itu. Gadis yang membuatku terpana setengah mati. Cinta pertama dan terakhirku dan satu – satunya orang yang mengerti diriku. Bagiku hanyalah dia yang mampu mengkomplitkan hidupku. Dia pun juga mencintaiku.
                Hari minggu yang tenang dan menyenangkan. Mataku yang terbuka akibat pancaran sinar yang keluar melalui daun jendela. Lalu aku mengecek Iphone 6S ku itu dan tiba – tiba Nadia meneleponku dan meminta untuk ketemuan di cafe depan sekolah, aku pun langsung mandi dan berangkat ke cafe. Aku pun turun ke lantai 1 dan mendapati papa mamaku dan kakak kembarku sedang sarapan, lalu kubilang aku mau sarapan bareng teman – temanku dan akhirnya aku mengambil kunci mobil Nissan Juke yang terparkir di garasi rumahku. Dalam perjalanan aku baru ingat bahwa aku tidak membawa dompet, maka aku menelpon Nadia dan bertanya apakah dia bawa dompet atau tidak karena aku tidak bawa dompet dan di mobilku pun tidak ada uang sepeserpun. Sesampainya disana aku melihat dia dan dia menoleh dan aku bertanya padanya “gimana sudah makan belum ?” “baru makan 1 porsi bubur sih” kata Nadia dengan tertawa, “ 1 porsi bubur ? gk kurang tuh kamu kan makannya banyak” dengan nada bercanda, “Iya sih baru habis seporsi ini lagi nunggu 2 bubur lagi sama 1 dimsum sih” Kata Nadia sambil tertawa, “Buset, ini masih pagi sudah makan banyak aja dasar perut gentong sini bubur yang satu aku yang makan”. Akhirnya 2 porsi bubur yang datang itu kuambil salah satu dan kuberi kecap dan kumakan dengan lahap. Akhirnya aku bertanya kepada dia ada gerangan apa dia memanggilku di pagi hari yang cerah ini, dia pun menjawab bahwa ada yang ingin dia bicarakan kepadaku. Lalu akhirnya setelah dia berbasa – basi dia bilang bahwa dia telah didiagnosa terkena leukimia. Tiba – tiba dia menangis dan secara tiba – tiba seluruh mukaku menjadi pucat pasi dan dunia terasa berputar – putar. Nadia tidak mau berhenti menangis dan akhirnya aku mengantarnya pulang dengan mobilku. Dia bilang dia tidak ingin pulang, lalu aku pun bertanya kemana dia ingin pergi, dia pun termenung lalu dia bilang ayo pergi ke taman bermain.

                Aku pun pergi ke taman bermain bersamanya dan disana kami mencoba semua wahana yang ada. Dia pun berusaha mendatangi semua stan makanan yang ada disana dan mencoba semua makanannya, aku pun hanya tertawa melihatnya tetapi sebenarnya dadaku terasa sesak sekali memikirkan kabar buruk yang Nadia beritakan sebelumnya. Aku ingin hidup bersamanya dan membantunya melawan Leukimia itu. Akhirnya kubawa dia naik komidi putar, dan kubilang bahwa aku ingin menemaninya melawan leukimia dan menemaninya untuk sisa hidupnya lalu kuberikan setangkai bunga mawar untuknya. Nadia hanya melihatku dan menangis bahagia lalu dia pun memelukku dan berkata bahwa hari ini adalah hari terbaik baginya. 

KATA PAPA

                Tak terasa dengan berjalannya waktu aku sudah menghabiskan 5 bungkus nasi. Aku tidak sadar akan hal ini aku hanya merasa telah memakan sebungkus nasi. Kesedihan telah membungkusku seperti keripik singkong. Keripik singkong mengingatkanku akan rapuhnya kehidupanku. Aku sadar hidupku itu keras tetapi aku sadar dengan kehidupanku ini mentalku pun semakin keras bahkan lebih keras dari batu bata. Mereka bilang cinta itu abadi tetapi itu hayalah mitos, sahabat lebih dari 7 tahun menjadi cinta bahkan hanyalah legenda yang tidak akan pernah terjadi. Sara telah menjadi istri yang sah dari kakakku, meninggalkanku dengan mudahnya hanya karena kekayaan materialistis kakakku.
                Hidupku seperti tertimpa gedung 100 lantai, ketika sudah terbangun tinggi dengan mudahnya dihempas badai dan topan yang menghancurkannya meninggalkannya dalam kepingan – kepingan saja. Aku hanya dapat melihat dengan sedih mendapati papa yang sekarang sudah tidak bisa bekerja, papa merupakan orang yang paling penting dalam hidupku hanya dia yang mampu membantuku walaupun dia bekerja tetapi dia tetap berusaha untuk mengurusku walauupun mama sudah meninggalkan papa tetapi papa tidak pernah mengeluh dan mengurusku tanpa pamrih.
                Setelah Sara menikah aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, dia dan kakakku telah pergi ke Negara Paman Sam dan berkeluarga di sana. Di umurku yg sudah berkepala 3 ini seharusnya sudah menikah tetapi apa daya bahwa cinta pertamaku sejak 10 tahun lalu sudah pergi. Apalagi aku hidup hanya dengan figur papa dan bukan figur mama. Mama sudah bercerai dengan papa sejak aku berumur 3 tahun. Hak asuh pun dibagi secara rata aku dengan papaku dan kakakku dengan mamaku. Setelah bercerai dengan papa, mamaku langsung menikah dengan seorang yang lebih tua dan lebih kaya dari papa. Tetapi, papa tidak pernah menikah lagi dan kata papaku bahwa cinta papa kepada mamaku telah membuatnya merelakan cintanya demi kebahagiaan mama. Mendengar itu aku berpikir bahwa cinta itu sepihak, bukan dua pihak, cinta itu egois, cinta itu tidak kenal ampun dan cinta itu materialistis.

                Walaupun begitu papa selalu bilang kepadaku bahwa papa merelakan mama karena papa melihat mama tidak bahagia hidup bersama papa, papa sudah merasa bahwa cinta dia dengan mama merupakan cinta sepihak tetapi sampai sekarang papa selalu mendoakan agar mama bahagia dan dapat meraih apa yang selalu dia inginkan yang tidak bisa didapat dari papa sendiri. Mendengar itu aku semakin kagum dengan papa karena walau dia disakiti yang dia inginkan hanyalah kebahagiaan mama dan kebahagiaan cinta pertamanya itu

Kamis, 31 Maret 2016

tugas BIN 3 puisi

Sepucuk surat
Sebelum kita menua
Sebelum kita mengakhiri hayat
Akankah kau menceritakan hidupmu ?
Walau hanya beberapa patah kata
Ceritakanlah keadaanmu saat itu
Apakah kamu sehat atau sakit
Apakah kamu bahagia ataukah sedih
Bukankah itu yang namanya hidup ?
Biarkanlah aku mengetahui
Susah mudahnya hidupmu
Suka duka kehidupanmu
Manis pahitnya hari-harimu
Maukah kamu menulis sepucuk surat untukku ?

Keluarga
Kau sebut kita keluarga ?
Yang seharusnya harmonis
Yang saling pengertian
Mencintai satu sama lain
Menyayangi satu sama lain
Apakah itu yang kamu sebut keluarga ?
Haruskah kita lihat kenyataannya ?
Kita yang selalu bertengkar
Tidak saling menyayangi
Selalu saja berselisih
Kita bahkan tidak saling mencintai
Kau hanya memikirkan keegoisanmu sendiri
Aku bahkan tidak merasa nyaman di sini
Bukankah itu keluarga yang kita punya ?

Benci
Kita berbeda
Kita tidak sejalan
Kita tidak pernah saling memahami
Kita selalu bertengkar
Kita saling membenci
Tapi apakah benar selama ini ?
Jika benci jadi cinta ?

Syukur
Pernahkah kau mensyukuri
Embun pagi di jendela
Bunga-bunga yang tertiup angin
Matahari yang terbit
Kicauan burung
Yang kau dengar dan lihat di pagi hari
Tidakkah kau sadar
Akan kebesaran Tuhan kita Yang Maha Esa ini ?

Kandas
Tak pernah kukira
Akan jadi seperti ini
Hubungan kita yang kandas
Cinta kita yang seharusnya abadi
Bukankah kita saling mencinta
Tapi mengapa ?
Keputusan kita buat bersama
Kenapa sekarang kau putuskan sendiri
Tetapi setidaknya aku tulus
Semoga kau bahagia

Pagi
Dengan kantuk melekat
Kubangun dalam ngantuk
Meregangkan badan
Mulutku terbuka lebar untuk menguap
Kulihat di sampingku
Bantal tak terpakai
Teringat akan dia
Yang sudah tiada

Bebas
Pergilah !
Putuskanlah
Akan pergi kemanakah kau sekarang
Kau memiliki tanggung jawab bagi dirimu
Pergilah !
Pergilah kemanapun kau ingin pergi
Bukankah itu yang diinginkan semua orang ?
Bebas untuk pergi tanpa ada beban di pundak
Pergilah !
Datangi setiap kota
Jelajahilah dunia yang luas ini
Bukankah itu yang diinginkan semua orang ?